Mari...

Berbagi adalah kesempatan saat kebersamaan sebelum datang saat kesendirian...

Selasa, 10 November 2009

PARAHYANGAN.......SUNDA...

Dalam sejarah segala bangsa terungkap dan menjadi saksi bukti bahwa politik itu penuh intrik. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga diseluruh penjuru dunia. Tak terlepas juga dengan sejarah kekuasaan, politik yang terjadi di tatar Pasundan. Meskipun intrik itu berpangkal dari hal yang berbeda, sebut saja kerakusan akan kekuasaan, harta dan juga wanita. Maaf disini saya dengan tidak bermaksud untuk menyalahkan kaum wanita, tapi terbukti dalam sejarah segala bangsa bahwa kehancuran suatu bangsa banyak terjadi kerena wanita. Sekarang di fokuskan tentang sekilas tentang sejarah sunda atau yang ada hubungannya dengan sunda sepengetahuan saya.
Ada satu kerajaan sunda yang seharusnya menjadi kebanggaan orang sunda disatu sisi, “PADJAJARAN”. Kerajaan ini tercatat sebagai satu-satunya kerajaan di Nusantara yang tidak pernah dapat ditundukan, dikuasai atau ditaklukan oleh raksasa Majapahit. Daerah kekuasaan Padjajaran yang dapat dilacak meliputi wilayah Banten sampai Brebes di Jawa, meskipun ekspansinya sampai keluar Jawa. Itu sebabnya sepanjang pantai Pantura wilayah Brebes sampai sekarang masih banyak yang berbicara memakai bahas Sunda. Namun ada satu hal yang cukup unik bahwa Padjajaran sebagai kerajaan besar namun tidak memiliki banyak bukti sejarah seperti layaknya kerajaan lain. Sampai sekarang tidak ada bukti autentik yang pasti dimana letak istana kerajaan Padjajaran. Namun ada indikasi yang kuat bahwa letak istana Padjajaran adalah yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor. Bahkan makam raja Siliwangi yang merupakan raja paling termashurpun tidak diketahui dan begitu banyak yang menyatakn letak makan raja ini di beberapa tempat dan ini sangat lah tidak mungkin. Hal ini akan diulas di depan.
Mengenai hal keruntuhan Padjajaran, ada 2 hal besar yang dianggap sebagai penyebabnya.
1. Dalam sejarah tercatat bahwa raja dari kerajaan Majapahit menginginkan putri dari kerajaan Padjajaran (Diah Pitaloka) untuk dijadikan Istri. Singkat cerita maka dengan berat hati maka Padjajaran memenuhi keinginan itu dan sebagai kerajaan yang lebih kecil secara kekuasaan wilayah, maka Padjajaran harus mengantarkan putri tersebut ke Majapahit. Namun belum sampai putri itu ke Majapahit ada satu peristiwa yang menimpa rombongan Padjajaran dalam perjalanan yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab peristiwa ini. Dalam perjalanan rombongan di cegat oleh pasukan Majapahit lengkap dengan persenjataan dan kekuatan besar. Dan peristiwa inilah dikenal dengan perang BUBAT. Dalam peristiwa ini semua rombongan Padjajaran tewas terbunuh, termasuk putri Diah Pitaloka. Ada sedikit hal yang aneh memang karena pasukan Majapahit ini bergerak atas instruksi patih Gadjah Mada dan inilah yang menimbulkan sebuah dugaan bahwa patih Gadjah Mada tertarik akan sang putri dan tidak rela jika putri tersebut menjadi milik sang raja. Disinilah terjadi apa yang dikatakan dengan intrik politik, bahwa laporan yang sampai ke Majapahit bahwa rombongan Padjajaran ini tewas dalam peperangan karena enggan melanjutkan perjalanan ka Majapahit. Hal inilah yang kemudian menyebabkan kemarahan penguasa Majapahit terhadap Padjajaran. Kabar terus berkembang dan berita kemarahan raja Majapahit sampai juga ke Padjajaran. Disinilah awal keruntuhan Padjajaran dilihat dari sisi ini.
Pada saat itu penguasa Padjajaran mengakui bahwa kekuatan Padjajaran tidak sebanding dengan kekuatan Majapahit. Hal ini dikarenakan juga adanya kemelut didalam kerajaan Padjajaran sendiri. Disisi lain penguasa Padjajaran pada saat Prabu Siliwangi tidak rela kalau Padjajaran harus runtuh oleh serangan kerajaan lain. Dan inilah salah satu hal yang dianggap sebagai sejarah lahirnya kata Parahyangan. Karena ketidak relaan itu, ada satu cara yang dikenal bahwa agar mereka tidak diketemukan oleh musuh, maka mereka melakukan hal yang disebut dengan ngahyang atau dalam arti yang umumnya adalah menghilang. Kata Parahyangan sendiri berasal dari kata Para dan Ngahyang yang artinya kurang lebih adalah seluruh para petinggi kerajaan dan rakyatnya (sebagian) dan juga semua yang berhubungan dengan keberadaan Padjajaran menghilang secara gaib. Ini memang tidak dapat diterima begitu saja oleh akal manusia, namun dalam hal ilmu kedigjayaan ada satu ilmu yang disebut miraga sukma. Ini juga lah yang kemudian menjadi awal lahirnya sejarah “Maung Siliwangi”, karena dianggap bahwa seluruh penguasa Padjajaran merubah diri menjadi Harimau. Dan ini jugalah yang kemudian menyebabkan lambang kodam III Siliwangi memakai lambang kepala Harimau. Perlu diketahui bahwa setiap ulang tahun Kodam III Siliwangi selalu dilakukan ritual, kalau tidak salah di Gunung Gede, untuk memperingatinya. Karena ngahyang inilah maka tidak diketahui secara jelas tentang keberadaan Istana Padjajaran, peninggalan lainnya secara pasti bahkan makam para petingginya pun.
Perseteruan antara Padjajaran dan Majapahit ini lah salah satu yang menciptakan mitos bahwa orang Sunda tidak boleh menikah dengan orang Jawa. Itu hanya sekedar mitos yang sangat bertentangan sekali dengan ketentuan Ilahi dan saya sendiri sangat menentangnya.
2. Hal kedua yang dianggap menjadi penyebab runtuhnya Padjajaran adalah adanya perseteruan atau kecemasan dari Prabu Siliwangi terhadap putranya yang dianggap akan mengancam kewibawaannya. Sebagaimana diketahui bahwa Padjajaran adalah sebuah kerajaan Hindu. Dalam sejarah tercatat ada seorang putra Siliwangi yang memiliki kesaktian sangat tinggi. Dia adalah Walangsungsang atau lebih dikenal dengan nama Kian Santang. Ini akan menjadi hubungan cerita dengan seorang Ulama besar di Timur Tengah dan disini tidak akan dituliskan secara detil. Ulama tersebut adalah Syeh Abdul Qodir Djaelani. Telah disebut diatas bahwa ini tidak akan dibahas, singkat cerita bahwa Walangsungsang menjadi murid Syeh Abdul Qodir Djaelani dan sekaligus menjadi seorang Muslim. Kabar mengenai Walang Sungsang menjadi Muslim sampai juga ke Padjajaran. Inilah awal petaka perseteruaan antara ayah dan putra. Tidak akan dibahas secara lengkap, singkatnya karena ketidak relaan seluruh kerajaannya di Islam kan oleh putranya dan juga karena ketidak layakan adanya perseteruaan antara ayah dan putra, maka seperti disebut dalam point satu para petinggi kerajaan termasuk raja melakukan hal yang disebut ngahyang.
Diatas adalah 2 hal yang dianggap sebagai penyebab keruntuhan Padjajaran. Hal tersebut itu jugalah yang dianggap sebagai sejarah Parahyangan. Disini saya meminta maaf jika ada kesalahan penulisan dalam hal ini dan saya akui ini masih dalam tahapan editing.
Selanjutnya saya ingin sedikit berbalik ke wilayah Sumedang sebagai tempat kelahiran saya. Ada hubungan yang erat antara Sumedang dengan Siliwangi, yang hal ini dapat di buktikan dengan disimpannya sedikit peninggalan Padjajaran di Sumedang, dan salah satunya itu adalah pakaian kebesaran raja Siliwangi. Sumedang dulunya merupakan satu kerajaan di tatar Pasundan yang bernama Sumedang Larang yang notabene merupakan di wilayah kekuasaan Padjajaran. Namun tercatat dalam sejarah bahwa Sumedang merupakan kerajaan di tatar Pasundan yang tidak terkuasai oleh Padjajaran. Ini menjadi kebanggan tersendiri bagi orang dan yang menjadi tutur silih sewe Sumedang Larang. Dan bagi mereka yang mempercayai dan memahami tentang ilmu kedigjayaan, dikalangan komunitas tersebut dikenal bahwa ilmu kesumedangan dipandang memiliki tingkatan yang cukup tinggi dan mungkin inilah yang mungkin menyebabkan Sumedang tidak dapat dikuasai oleh Padjajaran pada waktu dulu. Namun satu yang harus menjadi bacaan kauniyah bagi orang Sumedang yang dapat di ambil hikmahnya dari symbol-simbol yang terdapat di Dayeuh Luhur, tempat makam Prabu Geusan Ulun dan makam (dianggap makam) patih Mbah Jaya Perkosa. Sebagaimana diketahui bahwa runtuhnya Sumedang Larang adalah karena keserakahan raja Sumedang Larang yang ingin memperistri bahkan menculiknya, permaisuri dari kerajaan Cirebon. Inilah salah satu intrik politik kekuasaan yang disebabkan oleh wanita. Sekali lagi saya minta maaf, bukan berarti menyalahkan wanita, namun semua yang terjadi berawal dari wanita. Masalah tentang sumedang ini dan simbol wejangan untuk para keturunan Sumedang, Insya Allah lain waktu saya akan mencoba untuk menulisnya tersendiri.
Kembali ke masalah Parahyangan atau Sunda, ada satu sejarah yang memang belum begitu terungkap secara jelas, dan tidak masuk dalam kurikulum sejarah yang di ajarkan disekolah bahkan sampai saat ini. Namun disini saya hanya ingin mengajak terutama terhadap orang Sunda untuk menelaah, mempelajari, meneliti, mengkaji, dan mendalami satu sejarah. Sedikit yang kan ditulis disini dan jika ini benar, ini mungkin akan menjadi kebanggan juga untuk orang Sunda, bahwa dalam sejarah ini disebut kan bahwa nenek moyang orang di Nusantara ini dan kerajaan yang tertua di Nusantara bukan Kutai, tetapi justru di Tanah Sundalah pertama kali ada manusia dan kerajaan di Nusantara ini. Saya hanya ingin mengajak untuk mempelajari sebuah nama kerajaan atau nama tempat yang disebut SALAKANAGARA.

Tidak ada komentar: