Mari...

Berbagi adalah kesempatan saat kebersamaan sebelum datang saat kesendirian...

Senin, 10 Agustus 2009

jangan lah merusak apa yang kita miliki oleh kita sendiri, karena tidak sedikit bahwa apa yang kita miliki rusak oleh perbuatan kita sendiri....

Tanpa sadar, dalam hidup ini kita sering melakukan sesuatu yang justru mrusak diri kita sendiri, atau paling tidak merubah tatanan atau paradigm, atau arti yang sesungguhnya.

a. Tidak sedikit dalam kehidupan ini, saya mengumpamakan, misalkan jika seorang “haji” melakukan suatu perbuatan salah atau dosa, yang kemudian dihakimi secara psikologis oleh sekelilingnya. Tidak salah memang jika ada ungkapan yang menyatakan bahwa masa iya seorang haji melakukan itu (perbuatan dosa). Idealnya seorang haji memang harus memberikan contoh yang benar. Namun ketika dia melakukan kesalahan, jika divonis bersalah secara berlebihan, saya selalu bertanya; apakah haji itu seorang manusia? Jika iya melakukan kesalahan apakah gelar hajinya lantas hilang? apakah pahala ibadah hajinya menjadi hilang? ……..jawabannya bersambung dilain waktu….

b. Saya pernah bertanya ke beberapa akhwat yang belum berkerudung, mengapa tidak berkerudung? banyak diantaranya menjawab ; belum saatnya karena ilmunya belum sampai, yang penting adalah hatinya dulu berkerudung……..maaf dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, menurut saya ini adalah jawaban yang menggelikan, awam, lucu. Kita harus bisa membedakan mana yang syari’at dan yang lainnya. Dalam hukum islam yang namanya akhwat pakai kerudung itu adalah syari’at, perintah yang tidak bisa di ganggu gugat oleh alasan apapun. Ini artinya mau akhwat itu menguasai ilmu islam dalam artian tinggi atau tidak, tidak ada alasan untuk tidak berkerudung, karena itu adalah sudah merupakan suatu perintah, yang berarti pula bahwa ini adalah wajib untuk dilaksanakan, dan berarti juga apabila tidak di taati, ya tunggu saja konsekwensinya……Masalah hati “ berkerudunG “, itu konteksnya sudah arti dalam hakikatnya berkerudung……..


(dan banyak lagi………bersambung)

I S L A M

Islam itu berdiri di atas 5 pondasi :
1. Syahadat ; merupakan perjanjian hidup dan mati antara manusia dengan penciptanya. Apabila seseorang telah bersyahadat, artinya orang itu selayaknya telah meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah dan meyakini pula bahwa Muhammad adalah utusan-Nya. Ini artinya juga orang tersebut telah masuk kedalam jaringan rukun iman ;"iman kepada Allah". Syahadat itu mutlak adalah perjanjian perindividu dan tidak ada paksaan di dalamnya, bukan cuma sekedar logika akal semata tetapi nurani pun ikut berikrar secara sadar penuh kepasrahan bahwa dia hanya lah sekedar makhluk yang hanya tunduk dan patuh kepada penciptanya. Keyakinan ini penting bukannya hanya karena kita terlahir dari keluarga yang kebetulan sudah merupakan keturunan nenek moyang yang muslim, karena apalah artinya kalau keyakinan itu hanya karena itu, apa beda kita dengan kaum yahudi jika begitu, karena ingat doktrin di kaum yahudi bahwa jika seseorang terlahir dari seorang ibu yang yahudi, maka secara otomatis dia adalah yahudi...
Selain itu jika keyakinan itu cuma sekedar begitu saja, pada kenyataannya banyak manusia yang telah besyahadat, tetapi dia tidak mengenal dirinya sebagai seorang muslim.

2. Sholat ; Gerakan yang dilakukan dengan sadar, dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam. Sholat adalah implementasi bentuk kepasrahan hamba yang sadar tidak memiliki apapun. Sholat adalah perjumpaan hamba dengan tuhannya dan pada saat itu doa dan permohonan hamba terucap. Karena sholat adalah bentuk kepasrahan hamba, maka selayaknya manusia yang sholat seharusnya terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Pertanyaannya terlontar ; mengapa banyak orang yang sholat tetapi masih saja melakukan perbuatan keji dan munkar?, lantas apa yang salah....tentu bukan sholat yang salahnya....

3. Puasa; secara syari'ah adalah menahan lapar termasuk dahaga didalamnya. Namun pada hakikatnya puasa adalah menahan hawa nafsu sebagai implementasi pengendalian diri. Pada dasarnya manusia itu terdiri dari 2 unsur; jasmani dan rohani. Fisik atau jasmani terdiri dari yang aktif (otak) dan yang pasif (indra). Indra dikatakan pasif karena dia hanya bekerja atas perintah otak melalui saraf-saraf. Rohani manusia itu terdiri dari 4 komponen :
a. Roh; adalah urusan Allah dan kita sesungguhnya diberi pengetahuan tentang ini amatlah sedikit.
b. Akal ; merupakan pembeda antara manusia sebagai makhluk tuhan yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Akal dengan otak sebagai sarananya merupakan pusat pengolahan data yang kemudian berujung kepada pengambilan keputusan. Dengan akal ini pulalah bahwa kita dapat membedakan anatara yang benar dengan yang salah. Tetapi ironisnya banyak manusia yang dengan akalnya tidak dapat membedakan dirinya sebagai manusia dengan makhluk yang lainnya; hewan.
c. Hawa Nafsu; merupakan sumber dan akar dari segala keinginan manusia. Nafsu tersebut ada yang bersifat baik, dan ada pula yang bersifat buruk. Sesungguhnya semua yang dilakukan manusia ini adalah bersumber dari nafsu ini.
d. Nurani; merupakan satu-satunya yang kita miliki, yang tidak pernah bohong walaupun sekalipun. Oleh karena itu nurani dikatakan sebagai turunan dari "sipat tuhan" yang ada dalam diri manusia.

Hubungan antara semua itu adalah :
hawa nafsu yang dimiliki manusia dalam perjalanannya selalu dibisiki oleh 2 komponen, nurani dan iblis, dan disini manusia diperbolehkan untuk memilih antara bisikan nurani atau iblis. Tentunya jika yang diikuti adalah bisikan nurani, muaranya pasti perbuatan baik dan sebaliknya bila yang diikuti adalah bisikan iblis, ujungnya adalah perbuatan buruk. Hawa nafsu itu kemudian diterima akal, diolah, dan kemudian di transfer ke otak. Di otak inilah disusun perintah sesuai olahan akal untuk kemudian disampaikan ke indra dan jadilah suatu perbuatan.

Hubungan puasa dengan semua ini adalah terletaj di pengendalian dari semua ini. Tujuanya agar ujungnya adalah perbuatan yang baik. Ini artinya ketika hawa nafsu dibisiki oleh iblis, kita harus mampu menahannya dan ini lah inti dari puasa itu sendiri, pengendalian hawa nafsu. Pertanyaanya; siapa yang harus menahan dan mengendalikan semua ini dan bagaimana caranya....

4. Zakat; merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat rezeki yang telah diberikan dengan cara berbagi dengan sesama makhluk, menumbuhkan kesadaran bahwa semua yang kita miliki ini semata hanyalah titipan serta menumbuhkan kepekaan sosial bahwa hidup ini tidaklah sendiri dan tidak bisa sendiri. Dengan zakat ini kita sadar bahwa apa yang kita peroleh melalui suatu proses dan jalan yang tanpa kita sadari ada yang terambil haknya oleh kita. Boleh jadi kita merasa dengan benar bahwa kita mendapatkan rezeki ini dengan jalan yang benar-benar halal tapi sadarkah bahwa kita hidup di Negara yang perekonomiannya di biayai oleh hutang dengan hitungan bunga. Bukankah bunga itu adalah riba? Bukan kah ini berarti didalamnya terdapat sesuatu yang berasal dari sesuatu yang kotor dan perlu untuk dibersihkan.

5. Haji; secara fisik adalah berangkat ke Baitullah, Mekah untuk melakukan rukun-rukun haji. Dalam hal ini begitu banyak pengorbanan yang yang harus dilakukan, mulai dari waktu, biaya, dan lain-lain. Mungkin untuk haji ini akan di ulas dalam tulisan tersendiri, karena begitu kompleksnya tentang haji ini.






(bersambung)

Mencoba untuk "Hidup"

Hidup adalah perjuangan, katanya....tapi bagi ku hidup adalah detakan jantung dan hembusan nafas, karena ketika itu semua telah tiada, perjuangan pun tak ada, apa sih yang kita punya??? Dalam sebuah perjuangan tentunya ada yang unggul dan ada juga yang tersisihkan. Namun menurutku tidak selamanya yang menang itu adalah yang terbaik, karena dalam satu kemenangan ada satu faktor...."keberuntungan". Sebuah tim sepak bola menang dalam pertandingan, bisa saja dikatakan beruntung saja tim itu memiliki materi pemain yang lebih berkualitas, atau dia beruntung saja mempunyai lawan yang kemampuannya lebih jelek. Seorang siswa di kelas, dia menjadi juara kelas, beruntung saja dia lebih rajin dari yang lainnya, dan atau beruntung saja teman-teman yang lainnya lebih malas belajar ketimbang dia.
Untuk yang tersisih, begitu susah untuk dapat menerima itu semua dan wajar saja, karena yang namanya manusia pastilah manusiawi dan segala yang manusiawi itu cenderung bersifat jelek. Hanya satu kata yang selalu terucap "sabar", memang benar itu adanya. Namun satu lagi disni, jangan sampai terjebak dengan yang namanya sabar, terkadang kita terbentuk oleh ungkapan " kesabaran manusia itu ada batasnya". Itu betul dan tidak salah, namun tanpa sadar bahwa ungkapan itu membatasi makna dari kata "sabar" itu sendiri, ingat bahwa "tuhan itu dekat dengan orang-orang yang sabar", ini artinya sabar itu tidak terbatasi. Ungkapan bahwa sabar itu ada batasnya meskipun tidak salah tapi jika dikaji ternyata didalam nya ada bisikan iblis yang ingin berusaha membatasi makna dari kata sabar itu sendiri dan akhirnya menjerumuskan. " ya gampangnya setelah sabar itu bertemu dengan batasnya, maka menjadi tidak sabar, dan ini berarti tuhan tidak menjadi dekat, kurang lebih begitu......